Advertise

Sabtu, 08 Januari 2011

Kiat - kiat Menggapai Kebersihan Hati

Ada beberapa cara untuk menggapai kebersihan hati. Setiap orang bisa melakukannya asal ada tekad dan kemauan. Dengan niat, kemampuan serta izin Allah SWT, semua insan dapat menggapai kebersihan hati. Berikut adalah diantara perkara-perkara yang menghantarkan kita kepada kebersihan hati :

1. Ikhlas
Dari Zaid bin Tsabit, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda "Tidak akan ada kedengkian sedikitpun pada hati seorang muslim, manakala terdapat padanya tiga perkara, yaitu keikhlasan dalam beramal, memberi nasihat kepada para pemimpin, dan berpegang kepada jama'ah kaum muslimin, karena doa mereka menyertainya." (Riwayat Ahmad: 5/183, dan disohihkan Al Albani dalam Kitab Al-Misykat no: 229)

Ibnu Al-Atsir mengomentari hadist tersebut, "Bahwa dengan tiga perkara tersebut, yaitu memurnikan keikhlasan, mau memberi nasehat dan berpegang teguh dengan sunnah Nabi hati akan menjadi baik. Maka, barangsiapa yang berpegang teguh dengan tiga hal tersebut hatinya akan bersih dari khianat, dengki dan keburukan lainnya." (Kitab An-Nihayah fi Ghoribil-Hadist : 3/38)

2. Ridha dengan ketentuan Allah SWT
Ibnul Qayyim berkata, "Keridhaan akan membuka pintu keselamatan bagi seorang hamba, dan akan membersihkan hati dari tipu daya, hasad dan dengki. Sesungguhnya tidak ada yang bisa selamat dari siksa Allah kecuali orang-orang yang menghadap Allah SWT dengan hati yang bersih; dan tidak mungkin hati bisa menjadi bersih tanpa diiringi dengan keridhaan. Semakin bertambah perasaan ridha seseorang maka akan semakin bersih hatinya. Hati yang bersih dan kebaikan yang menyertainya akan muncul beriringan dengan keridhaan; sebaliknya kejahatan, kedenggkian dan khianat juga akan muncul beriringan dengan rasa kecewa dan rasa tidak ridha. hati yang hasad merupakan buah dari rasa kecewa, sedang hati yang bersih adalah buah dari rasa ridha. (Kitab madarikis-Salikin : 2/216)
Karena itulah dikatakan, "Seorang pendengki adalah musuh dari ni'mat Allah SWT, sebab rasa dengki pada hakikatnya merupakan salah satu bentuk penentangan terhadap pemberian Allah. SWT Seorang pendengki membenci ni'mat Allah SWT yang ada pada orang lain yang Allah SWT cintai. Seorang pendengki akan merasa senang kalau nikmat tersebut hilang dari orang tersebut. Dengan demikian, dia telah menentang takdir dan ketentuan Allah SWT. (Kitab Al-Fawaaid : 282)

3. Membaca dan merenungkan ayat-ayat Al-Qur'an
Al-Qur'an adalah obat penawar bagi segala penyakit. Orang yang merugi adalah orang yang tidak mendapatkan obat dengan diturunkannya Al-Qur'an. Allah berfirman : "Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman."(QS.Yunus : 57. lihat pula QS.Fushilat : 44 dan QS. Al-Isra' : 282)
Al-Qur'an adalah obat yang mujarab bagi semua penyakit hati dan badan; juga bagi penyakit dunia dan akhirat, ibnu Qoyim berkata, "Bagaimana mungkin penyakit-penyakit itu mampu menghadapi firman Allah, yang jika diturunkan kepada gunung-gunung, maka gunung-gunung itu akan hancur; dan bila diturunkan kepada bumi, maka bumi itu akan terbelah. Semua penyakit, baik penyakit hati atau badan telah ditunjukan jalan penyembuhannya dan upaya pencegahannya, bagi mereka yang diberi Allah SWT pemahaman tentang Al-Qur'an. (Kitab Zaabul-Ma'ad, oleh Ibnu Qayyim : 352)

4. Shadaqah
Shadaqah bisa membersihka hati dan mensucikan jiwa seseorang. Oleh sebab itu Allah SWT memerintahkan kepada Nabinya "ambillah zakat dari sebagian harta mereka, yang dengan zakat itu kamu bisa membersihkan dan mensucikan mereka." (QS. At-Taubah : 103)
Orang sakit yang paling berhak untuk mendapatkan pengobatan adalah orang yang sakit hatinya; sedangkan hati yang paling berhak untuk diobati adalah hatimu sendiri, sebab pada hari kiamat kelak setiap jiwa akan membela dirinya sendiri. (Sebagaimana yang terdapat dalam QS. An-Nahl : 111)

5. Doa
Seorang hamba hendaknya selalu berdoa kepada Rabb'nya, untuknya dan seudara-saudaranya; agar diberi hati yang bersih. Begitulah kebiasaan orang-orang yang shalih. Allah SWT berfirman : "Orang-orang yang datang sesudah mereka, yaitu (kaum Muhajirin dan Anshar) berdoa: "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami; dan janganlah Engkau membiarkan adanya sifat dengki dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Hasyr : 10)

6. Puasa tiga hari dalam satu bulan
Tentang hal ini Nabi Muhammad SAW bersabda: "Maukah kalian aku kabarkan sesuatu yang bisa menghilangkan kedengkian hati? Berpuasalah kalian tiga hari dalam satu bulan." (Shahih An-Nasa'i : 2358, 2386)
Puasa adalah suatu amalan yang bermanfaat untuk meredakan kekuatan syahwat dan amarah, serta melemahkan keinginan balas dendam. Dan puasa tersebut dengan izin Allah SWT kiranya cukup untuk menghilangkan kemarahan, serta rasa dendam.

7. Nasehat
Nasehat merupakan salah satu sebab bersihnya hati dari rasa iri dan dengki. Orang yang memberikan nasehat harus meluruskan niatnya dan tidak merasa berat dalam menasehati dan mengingkari pelaku kesalahan. Untuk menampakkan kebenaran; bukan menunjukan cela, merendahkan, atau menunjukan kekurangan serta kebodohan yang dinasihati.

Bila suatu nasehat disertai dengan celaan dan tindakan buruk lainnya, maka tidak diperbolehkan, baik yang diberi nasehat itu di hadapannya atau tidak, apakah masih hidup atau sudah meninggal. (Kitab Al-Farq Baina An-Nashihah wa At-Ta'yiir : 35)

Ibnu Hazm berkata, "Jika engkau memberi nasehat dengan syarat harus diterima, maka engkau adalah orang yang dzalim." (Kitab Mudawatu An-nufus : 110)
Ibnul Qayyim berkata, "Ada perbedaan antara orang yang benar-benar pemberi nasehat dengan tukang pencel. Pemberi nasehat tidak akan marah kalau orang yang dinasehati tidak menerima nasehatnya; dan akan berkata, "Kamu terima atau tidak, aku telah mendapatkan pahala dari Allah SWT." Dia pun akan mendoakan (orang yang dinasehatinya) di kala sendirian, tidak menyebutkan aib-aibnya, dan juga tidak menyampaikan kepada orang lain. Berbeda dengan tukang pencela, yang akan bertindak sebaliknya."(Riwayat Bukhari dan Muslim)

8. Saling Memberi Hadiah
Dari Abu Hurairah, dia berkata, "Rasulullah SAW bersabda: "Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai." (Hadist Hasan, Kitab Irwa' No : 1601)

Ibnu Abdil Barr berkata, "Rasulullah biasa menerima hadiah, dan menganjurkan umatnya untuk itu (saling memberi hadiah). Sungguh, pada tindakan beliau terdapat suri-tauladan yang baik. Hadiah akan menimbulkan rasa cinta serta menghilangkan permusuhan."(Kitab Tamhid : 21/18)

9. Menyebarkan Salam
Dari Abu Hurairah, dia berkata, "Rasulullah SAW bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku ada di tanganNya, kalian tidak akan masuk surga sebelum kalian beriman; dan kalian belum dikatakan beriman sebelum kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian lakukan, maka akan timbul rasa cinta di antara kalian?Sebarkanlah salam diantara kalian!"(Riwayat Muslim No.54, tirmidzi No.2688,Abu Dawud No.5193, Ibnu Majah No.3692)

Ibnu Abdil Barr berkata, "Ini merupakan dalil tentang keutamaan salam. Yaitu akan menghapus kebencian dan menumbuhkan rasa kasih sayang di antara mereka."(Kitab Tamhid 6/128)
10. Berprasangka baik terhadap sesama muslim
Ada riwayat dari Umar bin Al-Khathab, bahwasanya beliau pernah berkata, "Janganlah kamu berprasangka terhadap ucapan saudaramu kecuali dengan prasangka yang baik, karena bisa saja kamu akan mendapatkan jalan kebaikan pada ucapannya itu."(Tafsir Ibnu Katsir 4/212)
Imam Syafi'i berkata, "Barangsiapa menghendaki Allah SWT tetapkan kebaikan kepadanya, maka berprasangka baiklah kepada sesama manusia."(Bustanul-Arifin : 32)

Itulah sebagian dari cara-cara untuk menghilangkan penyakit hati yang masih banyak menimpa kita; yang perlu dilakukan perbaikan dan pembersihan. kita memohon kepada Allah SWT Dzat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang menguasai hati para hamba; untuk selalu meneguhkan hati kita dalam menjalankan agamaNya dan membersihkannya dari segala penyakit. Wallahu a'lam.

Sumber : Majalah Fatawa Vol.1/I/Ramadhan 1423 H - 2002 M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar